MASIGNCLEAN101

REVIEW MATERI RDC Penerapan Dinar dan Stabilitas Ekonomi: Pendekatan Vector Autoregression Pemateri : Dian Purnomo Jati, S.E., M.Sc. Disusun Kembali Oleh Masfufah (Research Departement)

10/18/2018
Abstrak
Penggunaan uang fiat dalam transaksi menjadikan ekonomi tidak stabil. Untukmengatasi hal tersebut, diperlukan adanya sebuah sistem moneter yang ditopang olehsebuah mata uang yang stabil. Penelitian ini akan mencoba melihat pengaruhpenerapan mata uang emas (dinar) terhadap stabilitas ekonomi di Indonesia. Teknikanalisis  yang  dipergunakan  ialah  model  koreksi  kesalahan.  Hasil  penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai  tukar  rupiah berpengaruh negatif terhadappertumbuhan ekonomi, namun variabel dinar justru berpengaruh positif terhadappertumbuhan ekonomi. Selain itu, penerapan dinar tidak memberikan dampakterhadap peningkatan inflasi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa penerapandinar akan menjadikan perekonomian relatif lebih stabil.
Kata Kunci: Dinar, Stabilitas Ekonomi, Model Koreksi Kesalahan
Pendahuluan
·         Fungsi uang
·         Fiat money
·         Uang Dinar
·         Sistem moneter berbasis uang Dinar
·         Implementasinya di Indonesia
The Four Jobs of Money
·         Medium of exchange
·         Standard of value
·         Store of value
·         Standard of deferred payment
A good medium of exchange
·         Must be easily standardized
·         Must be widely accepted
·         Must be divisible
·         Must be easy to carry
·         Must not deteriorate quickly
Pertanyaan Riset
·         Apakah penerapan dinar dalam sistem moneter akan mampu memberikan kestabilan ekonomi?
·         Jika dibandingkan dengan mata uang rupiah, manakah diantara keduanya yang relatif memberikan dampak positif terhadap stabilitas ekonomi suatu Negara?
·         Secara detail, bagaimanakah  dampak  kurs  rupiah  (uang  fiat)  dan  mata  uang  emas  (dinar) terhadap kedua variabel makro tersebut?
Metode Penelitian
  1. Data
·         Data sekunder berupa time series yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS).Data-data tersebut adalah nilai
·         Produk Domestik Bruto (PDB) dan nilai inflasi sebagai proksi pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, dan data harga emas per gram dalam rupiah sebagai proksi variabel dinar. Sementara data nilai tukar kurs rupiah atas dolar Amerika diunduh dari Statistika Ekonomi dan Keuangan Indonesia pada Bank Indonesia (SEKI-BI).
  1. Analisis Vector Autoregression (VAR)
  2. Vector Error Correction Model (VECM)
Vector Autoregression











Hasil dan Pembahasan
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada yang stasioner dan ada pulayang tidak stasioner pada tingkat level. Setelah dilakukan first difference barulah semuadata stasioner pada taraf nyata lima persen. Artinya data yang digunakan pada penelitian ini terintegrasi pada ordo satu atau dapat disingkat menjadi I(1). Variabel yang telah stasioner pada tingkat level adalah nilai inflasi (LNINF). Sementara yang lain baru mengalami stasioner pada  first difference.
Gambar 1 yang merupakan gambaran respon PDB terhadap guncangan beberapa variabel KURS dan GOLD, kita dapat mencermati bahwa PDB merespon negatif 0.004 persen terhadapguncangan variabel KURS (nilai mata uang rupiah) sebesar satu standar deviasi.
Sedangkan guncangan padavariabel GOLD (nilai emas sebagai proksi variabel dinar) direspon positif dan permanen oleh PDB.Produkdomestic bruto sebagai variabel inti pertumbuhan dan stabilitas ekonomi dapat dikatakan stabil dalam merespon guncangan KURS setelah periode ke-7, sementara PDB mulaistabil dalam merespon guncangan GOLD pada periode ke-11 dengan responsebesar 0.007 persen.
Gambar 2 merupakan gambaran respon INF (nilai inflasi) terhadap guncangan beberapa variabel KURS dan GOLD, kita dapat mencermati bahwa inflasi merespon positif 0.001 persen terhadap guncangan variabel KURS (nilai mata uang rupiah) sebesar satu standar deviasi.
Sedangkan guncangan pada variabel GOLD (nilai emas sebagai proksi variabel dinar) direspon negatif dan permanen oleh INF. Variabel inflasi sebagai indikasi stabilitas ekonomi dari sisi harga dapat dikatakan stabil dalam merespon guncangan KURS setelah periode ke-6, sementara INF mulai stabil dalam merespon guncangan GOLD pada periode ke-11 dengan responsebesar 0.001 persen. Berikut di bawah ini adalah hasil impulse response function untuk respon inflasi terhadap variabel KURS dan GOLD.
·         Pertama, Variabel KURS sebagai proksi dari nilai tukar rupiah berpengaruh negative terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia. Artinya, fluktuasi nilai tukar pada faktanya memang berdampak negative terhadap pertumbuhan  ekonomi  secara  umum.  Semakin  vulnerable  nilai  tukar  rupiah terutama terhadap dolar, semakin tidak stabil pula pertumbuhan ekonomi yang di dapat.
·         Kedua, berbeda dengan KURS, variabel GOLD yang merupakan proksi dari penerapan dinar (emas) sebagai mata uang, ternyata berpengaruh positif terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia. Artinya, penerapan dinar sebagai mata uang yang notabene relatif stabil (bahkan naik), akan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi secara umum. Emas yang relatif stabil dan tidak vulnerable, akan mampu memberi dampak positif terhadap perekonomian.
·         Ketiga, dari perspektif harga-harga barang, variabel KURSberpengaruh positif terhadap tingkat inflasi Indonesia. Artinya, fluktuasi nilai tukar akan berdampak pada meningkatnya tingkat harga secara umum (inflasi). Saat rupiah terdepresiasi,  tekanan  inflasi  di  dalam  negeri  akan  meningkat  sehingga  akan mendorong indeks harga konsumen atas barang-barang pokok menjadi naik. Oleh karenanya, penggunaan rupiah yang sangat fluktuatif karena adanya perbedaan intrinsic dan ekstrinsik mata uang menyebabkan ketidakstabilan ekonomi secara umum.
·         Keempat, berkebalikan dengan hasil KURS, variabel GOLD berpengaruh negatif terhadap tingkat inflasi Indonesia. Artinya, penggunaan mata uang emas terbukti tidak menyumbang inflasi tapi justru sebagai penahan atau pengendali inflasi. Mengapa hal ini terjadi? Salah satu alasan utamanya adalah karena nilai emas justru lebih stabil dan berada di atas angka inflasi itu sendiri. Temuan ini juga sesuai dengan hasil penelitian Pujiyono (2004), Mursid dan Muklisin (2013, dan Harahap (2014) yang merekomendasikan bahwa dinar emas dapat menjadi nilai tukar alternatif.
Simpulan
  • Berdasarkan  hasil  penelitian  yang  telah  dilakukan  mengenai  pengaruh penerapan  mata  uang  dinar  terhadap  stabilitas  ekonomi  suatu  negara,  maka diperoleh beberapa       kesimpulan, yakni:      
    1. PDB merespon negatif terhadap guncangan variabel Kurs, sedangkan guncangan pada variabel Gold direspon positif;
    2. Inflasi merespon positif terhadap guncangan variabel Kurs, sedangkan guncangan pada variabel Gold direspon negatif dan permanen oleh INF.
  • Penerapan dinar sebagai mata uang yang notabene relatif stabil (bahkan naik), akan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi secara umum. Emas yang relatif stabil dan tidak vulnerable, akan mampu memberi dampak positif terhadap perekonomian.Dari  perspektif  harga-harga  barang,  variabel  Kurs  berpengaruh positif  terhadap  tingkat  inflasi  Indonesia.  Artinya,  fluktuasi  nilai  tukar  akan berdampak pada meningkatnya tingkat harga secara umum (inflasi). Saat rupiah terdepresiasi,  tekanan  inflasi  di  dalam  negeri  akan  meningkat  sehingga  akan mendorong  indeks  harga  konsumen  atas  barang-barang  pokok  menjadi  naik.
  • Variabel  Gold  berpengaruh  negatif  terhadap  tingkat  inflasi  Indonesia.  Artinya, penggunaan mata uang emas terbukti tidak menyumbang inflasi tapi justru sebagai penahan atau pengendali inflasi. Nilai emas justru lebih stabil dan berada di atas angka inflasi itu sendiri.

SUMBER PUSTAKA
Rusydiana, Aam Slamet. 2017. “Penerapan Dinar dan Stabilitas Ekonomi :
Pendekatan Vector Auto Regression”. Ikonomika : Journal of Islamic Economics and Business. Volume 2, Nomor 1 : 63-74.



FOSEI UNSOED

Akun Official KSEI FOSEI Universitas Jenderal Soedirman