MASIGNCLEAN101

Toleransi itu Bagiku Agamaku, Bagimu Agamamu!

12/20/2013

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, tanggal 25 Desember dan 1 januari adalah hari Natal dan Tahun Baru Masehi, tak heran menjelang tanggal 25 Desember pernak-pernik natal mulai marak dimana-mana. Dari pemasangan Pohon Natal disertai hiasannya dan Topi Santa yang banyak di jajakan di toko-toko maupun di pinggiran jalan. Di Kota-kota besar, seperti Jakarta, dan kota-kota besar lainnya, Billboard dipenuhi iklan-iklan yang berbau Christmas and New Year. Acara televisi pun demikian. Seakan-akan tanggal 25 Desember adalah hari raya bersama untuk semua orang diseluruh dunia.
Alloh S.W.T. pun telah memberikan batasan kepada kita, dalam menghormati atau bertoleransi dengan agama dan ibadah orang lain.Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT : ”Katakanlah: hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.” (Q.S. Al-kafirun: 1-6)
dan Rasulullah S.A.W. bersabda: ”Sungguh kamu akan mengikuti (dan meniru) tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk liang biawak niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula”. Sebagian sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasrani-kah?” Beliau menjawab: ”Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR Bukhari dan Muslim)
Saat ini banyak sekali umat islam yang melakukan toleransi yang salah, mereka cenderung melebur jadi satu tanpa menghiraukan batasan-batas Alloh dan rosulnya, banyak dari mereka yang beranggapan “Saya Merasa ga enak sama temen”, “Udah ada undangan nih makan-makan dari teman yang natalan”, “Ya nggak apa-apa, asalkan kita nggak meyakini aja.” Pernyataan itu telah menjadi latah di tengah-tengah kaum muslimin. Mengambil kemaslahatan (Dalam artian persahabatan dan perdamaian) yang dimaksud oleh keinginan mereka, jelas-jelas sangat bertentangan dengan aqidah kita sebagai seorang muslim. 
Allah SWT telah berfirman: "Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir" (Q.S al-Maaidah [5] : 44)
Janganlah kita menjual aqidah kita, hanya karena merasa tidak enak kepada teman atau atasan. Sesungguhnya, karena hal seperti ini akan mengantarkan kita pada jalan yang sesat. Menolak bukan berarti tidak bertoleransi. Banyak cara dan hal yang sebenarnya bisa kita lakukan jika kita benar-benar mau bertoleransi kepada penganut agama lainnya, tapi tidak dalam bentuk peribadatan.
“Allah tidak melarang kamu (ummat Islam) untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (beragama lain) yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”(Q.S. Mumtahanah: ayat 8)
Jadi, tegaskan kepada orang-orang non-muslim, bahwa kita menolak mengikuti perayaan natal dan tahun baru. Juga tegas menolak mengucapkan selamat kepada mereka. Disebabkan karena islam telah melarangnya. Islam menghargai dan mendudukkan perlakuan yang adil dalam muamalah kepada agama yang lainnya. Sebagaimana ketika kisah Khalifah Umar ra. yang memberikan peringatan kepada walinya dengan menggoreskan segaris tanda di tulang dengan pedang kepada seorang walinya, disebabkan karena rumah seorang yahudi tergusur akibat kebijakan yang zalim. Keharaman memberikan ucapan selamat dan merayakan natal dan tahun baru adalah perkara mutlak yang tak bisa ditawar.
Wallahu’alam bis showwab.
FOSEI UNSOED

Akun Official KSEI FOSEI Universitas Jenderal Soedirman