MASIGNCLEAN101

Sikap Pengusaha Muslim Terhadap Dunia: Waspadai Tipuan yang Memperdaya

11/09/2012

Beragam manusia memandang dunia. Ada yang menganggapnya panggung sandiwara yang penuh kepura-puraan. Ada yang memegang kehidupan dunia adalah kehidupan bebas tanpa aturan. Ada pula yang menganggap dunia hanya pemilik para penguasa. Banyak lagi pandangan keliru lainnya tentang dunia.

Rasulullah SAW telah menggambarkan dunia melalui lisan beliau dengan sabdanya, “Aku sama sekali (tidak memiliki keakraban) dengan dunia, perumpamaanku dengan dunia adalah bagaikan seorang yang ada di dalam perjalanan, dia beristirahat di sebuah pohon rindang, lalu dia pergi dan meninggalkannya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim; hadist ini disahihkan oleh Syaikh Albani)

Manusia makhluk paling mulia. Tapi juga makhluk paling rakus terhadap kenikmatan dunia. Dengan berbagai macam cara manusia tempuh untuk mendapatkannya. Korupsi merajalela di mana-mana. Suap-menyuap menjadi budaya lumrah. Perdagangan ilegal dan barang haram diminati banyak orang. Para pengusaha Muslim harus waspada dan berhati-hati menyikapi dunia. Dunia hanya lahan untuk beramal dan tempat untuk beribadah kepada Allah, sedangkan akhirat sebagai kampung menuai balasan dan memetik pahala.

Betapa indahnya tafsir ulama terhadap firman Allah, yang artinya, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi,” (QS. Al-Qashas: 77)
Carilah karunia Allah yang diberikan kepadamu untuk kepentingan akhirat, yaitu surga, karena seorang mukmin harus bisa menggunakan nikmat dunia untuk kepentingan akhirat, bukan untuk (kepentingan) tanah, (kenikmatan) air, kesombongan dan melampaui batas. Sehingga seakan-akan mereka berkata, “Janganlah kamu terlena  karena kamu akan meninggalkan semua hartamu kecuali bagianmu, yaitu kain kafan.” (lihat adz-Tadzkirah, Imam al-Qurthabi, hlm. 15-16 dan Syarhus Sudur, Imam as-Suyuthi, hlm. 20)

Dari Ibnu Umar Ibnu Khattab r.a. berkata, Rasulullah SAW memegang pundaku, lalu bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.” Lalu Ibnu Umar r.a. berkata, “Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi, maka janganlah menunggu sore, dan gunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit, dan waktu hidupmu sebelum kamu mati.” (HR Bukhari No. 6416)

Barang siapa yang melihat manusia berkerumun terhadap dunia dan mereka khusyu’ dalam mengumpulakan hartanya, baik yang halal maupun yang haram, maka ingatlah sabda Rasulullah SAW, “Jika engkau melihat Allah memberikan (harta duniawi) kepada seorang hamba atas kemaksiatan yang ia sukai, maka ia merupakan istidraj (tipuan yang memperdaya).” (HR Imam Ahmad, disahihkan oleh Syaikh Albani)

Harta kekayaan dan nikmat dunia tidaklah tercela. Namun yang  tercela adalah perilaku seorang hamba terhadapnya dengan sifat rakus dan tamak kepadanya mencarinya dengan cara tidak halal, tidak menunaikan hak-haknya, membelanjakan tidak pada tempatnya bersikap melampaui batas atau sombong karenanya. “Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).” (QS. Al-Alaq: 6-8)

Siapa yang tergnatung kepad dunia fana dan berjalan dengan terengah-engah di belakang materi dunia, maka semua itu akan memalingkan dirinya dari ketaatan, ibadah dan dari melaksanakan kewajiban tepat pada waktunya juga melaksanakan kewajiban secar sempurna.

Rasulullah SAW bersabda, “Hari kiamat telah dekat. Tidak ada yang bertambah dalam (diri) manusia terhadap dunia, kecuali ketamakan dan mereka bertambah kepada Allah melainkan semakin (bertambah) jauh.” (HR. Al-hakim dari Ibn mas’ud, dihasankan oleh Syaikh Albani)

Yahya bin Muadz berkata, “Aku sama sekali tidak memerintahkanmu untuk meniggalkan dunia, akan tetapi aku memerintahkanmu meninggalkan dosa-dosa. Meninggalkan dunia hanya merupakan keutamaan, sedangkan meninggalkan dosa adalah kewajiban. Dan menegakan kewajiban lebih penting bagimu dari pada sebuah kebaikan-kebaikan dan keutamaan (simak: Menyikapi Kehidupan Dunia oleh Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim; Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, hlm. 7)

Wahai manusia, ingatlah dunia yang kalian tekuni, karier yang kalian kejar, kesejahteraan yang kalian dambakan, kebahagiaan yang kalian inginkan dan kemewahan yang kalian impikan pasti akan berakhir dengan kepunahan dan kematian. Apa pun yang ada di dunia ini pasti akan sirna. Dunia tempat kenistaan bertahta dan ketamakan meraja, kezaliman berkuasa, keesengsaraan sebagai busana, sehingga dunia laksana pelacur yang tak pernah setia kepada suaminya (lihat  al-Fawaid, Ibnu Qayyim, hlm. 71). Orang yang mengejarnya bagaikan mengejar bintaang buas dan orang yang mecarinya laksana sedang berenang di danau buaya, dan orang yang menikmatinya ibarat meminum air garam yang tidak pernah merasa puas.


Sumber:
Pengusaha Muslim. 2012. “Sikap Pengusaha Muslim Terhadap Dunia, Waspadai Tipuan yang Memperdaya, Edisi 33 , November: 60.
FOSEI UNSOED

Akun Official KSEI FOSEI Universitas Jenderal Soedirman