MASIGNCLEAN101

Qiyadah Wal Jundiyah

11/13/2012
Penulis : Muhammad Rahmad Royan - Kepala Departemen Media SKI FPK 2011

“Qiyadah dan jundi adalah dua aspek yang sangat mempengaruhi jalannya suatu organisasi, bukan hanya jalan, tapi juga sambil mengimplementasikan segala fungsi yang ada.”


Secara arti kata, Jundi berarti anggota. Sedangkan Qiyadah berarti pemimpin. Dalam sebuah organisasi dua faktor ini sangat vital. Dan keduanya juga memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Mengapa? Karena seseorang tidak bisa dikatakan pemimpin jika tidak memiliki anggota. Semantara itu, seseorang juga tidak bisa dikatakan anggota apabila tidak memiliki  pemimpin. Pemimpin/Qiyadah adalah seseorang yang sangat berpengaruh dalam menentukan arah sebuah organisasi yang nantinya mau dibawa kemana organisasi tersebut. Sementara, anggota/Jundi adalah orang-orang yang berada di bawah pimpinan sang pemimpin yang berperan langsung dengan jalannya suatu organisasi. Akan tetapi, bukan berarti anggota yang berada di bawah sang pemimpin merupakan posisi yang rendah. Sekali lagi, pemimpin bukan berarti apa-apa tanpa anggota. Label pempimpin dan anggota hanyalah sebuah status dalam suatu organisasi.

Dalam ilmu biologi, kita mengenal yang namanya simbiosis mutualisme. Di dalam organisasi, pemimpin dan anggota “bersimbiosis mutualisme” untuk mencapai visi dan misi dari organisasi tersebut. Artinya kedua aspek ini saling bersinergi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Sebagai pembuka, mungkin beberapa kalimat yang tertera di atas agaknya dapat memberi gambaran umum mengenai seorang Jundi yang dicinta Qiyadah. Sekarang mari kita masuk ke pembahasan tahapan-tahapan apa yang diperlukan untuk menjadi Jundi yang dicinta Qiyadah tersebut.
Untuk mencapai apa yang disebut dengan menjadi Jundi yang dicinta Qiyadah terdapat dua tahapan, antara lain :
1.      Sebelum Masuk Organisasi,
2.      Sesudah Masuk Organisasi.

SEBELUM MASUK ORGANISASI

Di dalam tahapan sebelum masuk organisasi, ada dua poin penting yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan menjadi seorang Jundi yang dicinta Qiyadah, antara lain :
a.      Kenali
Artinya kenali terlebih dahulu organisasi yang hendak kita masuki, apakah organisasi yang hendak kita ikuti tersebut memang benar islami, bagaimana dan ke mana pergerakannya, apa visi dan misi yang hendak dicapai oleh organisasi tersebut, dan lain-lain. Kemudian, apabila tahap pengenalan terhadap organisasi ini telah tercapai, maka lanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu memahami organisasi tersebut.

b.      Pahami
Artinya pahami benar-benar untuk apa organisasi tersebut dibuat. Apakah berorientasi pada AllahSubhanahu wata’ala atau telah diselipkan dengan kepentingan-kepentingan perorangan yang ujung-ujungnya membawa kehancuran organisasi itu sendiri. Setelah mengetahui kedua poin dalam tahapan sebelum masuk organisasi, sekarang saatnya untuk melangkah ke tahap berikutnya, yaitu tahapan sesudah masuk organisasi.


SESUDAH MASUK ORGANISASI

Apa yang harus kita lakukan ketika kita berada dalam posisi telah masuk dalam suatu organisasi? Apa yang harus kita perbuat setelah berada dalam organisasi agar menjadi Jundi yang dicinta Qiyadah? Jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah bergerak secara totalitas. Artinya seorang Jundi yang telah masuk dalam suatu organisasi harus rela berkorban untuk organisasinya. Karena organisasi meruapakan wadah yang mendahulukan kepentingan umum lalu kepentingan pribadi. Di dalam organisasi inilah dilatih kemampuan seseorang untuk menjadi seorang patriot, karena di dalam organisasi itu sendiri terkandung unsur rela berkorbannya. Di dalam tahapan sesudah masuk organisasi, ada empat poin yang harus benar-benar dipahami dan diimplementasikan dalam bergerak di organisasi, antara lain :

a.      Niat
Segala sesuatu dimulai dari niatnya. Di dalam berorganisasi pun kita memerlukan niatan agar jelaslah untuk apa kita masuk ke organisasi tersebut. Apakah kita masuk organisasi karena Allah ta’ala, atau untuk menjadi orang baik, atau untuk popularitas, atau untuk mengasah kemampuan organisasi, atau hanya untuk ikut-ikut saja ketimbang tidak ada teman berkumpul. Inilah yang terpenting yang harus kita pahami dan terapkan terlebih dahulu sebelum kita bergerak di organisasi. Poin ini jugalah yang menentukan berhasil tidaknya suatu tujuan organisasi. Misalnya kita niatkan masuk organisasi untuk menjadi orang baik, lalu setelah menjadi orang baik, apakah kita keluar dari organisasi tersebut? Tentu tidak bukan? Dan lagi, kita niatkan masuk organisasi untuk mengasah kemampuan organisasi, kalau tujuan kita telah tercapai dalam hal menambah kemampuan kita dalam mengasah organisasi, lantsas, apakah kita keluar dari organisasi tersebut? Tentu tidak bukan? Oleh karena itu masalah niat ini adalah masalah yang paling penting untuk kita pahami. Agar menjadi seorang Jundi yang dicinta Qiyadah, maka yang kita niatkan dalam berorganisasi adalah hanya karena Allah ta’ala, bukan untuk hal-hal yang lain. Mengapa harus niat hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala? Jawabannya tentu saja seperti yang telah dikatakan sebelumnya, apabila tujuan kita hanya sebatas untuk mengasah kemampuan berorganisasi kita, maka apa bila tujuan (cita-cita) tersebut tercapai maka kita akan ganti tujuan/cita-cita, dan lebih parahnya lagi akan mengakibatkan kita keluar dari organisasi, karena tujuan/cita-cita kita itu yang membuat kita tidak bergerak secara totalitas dalam berorganisasi. Contoh yang bisa kita lihat adalah pancasila. Mengapa pancasila menjadi dasar Negara/ideologi Negara? karena Pancasila merupakan tujuan/cita-cita/ideologi yang hendak dicapai oleh Negara kita.  Apakah kita akan mengganti ideologi bangsa apabila kelima sila yang terdapat dalam pancasila itu telah kita capai? Apakah kita akan merubah dasar Negara kita apabila kita telah mencapai cita-cita kita yang ada dalam pancasila? Apabila ideologi Negara kita adalah ideologi yang sembarangan dibuat, maka sudah tentu ideologi tersebut akan diganti setelah tercapai. Untuk apa lagi bercita-cita dengan hal yang sama, toh tujuan/cita-citanya sudah tercapai! Dengan demikian, tak sepatutnya kita bertujuan/berniatan yang lain dalam berorganisasi  selain hanya kepada Allah ta’ala semata. Karena didalam mencapai ridhanya Allah Subhanahu wata’ala tidaklah merupakan sebuah perjalanan yang singkat. Tentunya ada rintangan, halangan, dan tantangan yang akan dihadapi di dalam niatan kita meraih ridha Allah ta’ala. Oleh karena itu, dalam berorganisasi kita harus mengutamakan cita-cita kelompok ketimbang tujuan pribadi yang hendak kita capai dalam organisasi yang hendak kita masuki. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana kita tahu bahwa kita telah berniat kepada Allah subhanahu wata’ala? Untuk menjawabnya, terlebih dahulu mari kita pahami Firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 8 : "di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman."

[22] Hari kemudian Ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya.
Mengapa dalam membahas masalah niat kita mengaitkan dengan iman? Jawabnnya tidak lain karena niat dan iman merupakan hal yang sangat berkaitan erat. Mari kita bahas. Di dalam ayat Al-Qur’an di atas dimaksudkan bahwa orang-orang yang mengatakan diri mereka beriman padahal mereka tidak beriman terlihat dari sekedar ucapan saja, tanpa ada perbuatan/ tindakan yang meruapakan perwujudan dari iman itu sendiri. Artinya mereka hanya berkata saja bahwa mereka yakin kepada Allahsubhanahu wata’ala dan hari akhir, akan tetapi di dalam kesehariannya tidak mencerminkan keyakinan tersebut. Orang-orang semacam ini pulalah yang dikatakan Allah ta’ala sebagai orang-orang yang munafik. Lain di mulut lain di hati, lain di mulut lain di tindakan, lain di hati lain pula di tindakannya. Sekarang mari kita jawab pertanyaan sebelumnya terkait pembuktian bahwa kita telah berniat kepada Allah ta’ala atau belum. Sama halnya dengan iman, untuk mengetahui kita telah berniat masuk organisasi hanya karena Allah ta’ala adalah terlihat dari lisan dan tindakan yang terwujud setelah kita meniatkannya. Mulailah dengan niat, katakanlah melalui lisan, dan buktikanlah dengan tindakan. Jadi jika kita ingin mengetahui apakah kita telah berniat kepada Allah ta’ala, pertama niatkan di dalam hati bahwa kita masuk organisasi hanya untuk mengharap ridhaNya. Kedua katakanlah dengan lisa niat tersebut misal, “Ya Allah, ya Rabb, sesungguhnya aku masuk ke organisasi hanya untuk mengharap ridha Engkau”. Nah, yang ketiga, buktikan dengan perbuatan/tidakan. Misalnya apabila diadakan suatu event di organisasi, maka kita harus ikhlas dan totalitas untuk mengikutinya karena itu merupakan buah dari niat kita. Misalnya ada tugas yang diberikan oleh si ketua kepada kita. Maka kita harus melaksanakannya secara totalitas dan ikhlas, karena kalau tidak, kita sudah termasuk dalam kategori orang-orang munafik tadi. Sudah diniatkan, dan diikrarkan, namun tidak ada perwujudannya dalam tindakan. Ingatlah, bahwa Allah ta’ala akan menolong kita dalam segala hal apabila kita ikut serta dalam menolong Dinullah. Hal ini tertera jelas dalam Al-Qur’an surah Muhammad ayat 7 :

7. Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

Mulai sekarang luruskanlah niat kita. Niatkan bahwa kita masuk organisasi hanya kepada Allahsubhanahu wata’ala. Dan jangan lupa mulailah dengan kata “Bismillahirrahmanirrahiim”.

b.      Hati suci
Setelah memahami dan merombak niat kita, maka poin selanjutnya yang harus kita pahami sekaligus laksanakan untuk mencapai totalitas dalam berorganisasi adalah hati suci. Artinya, di dalam merambah dunia organisasi hati kita harus senantiasa bersih dari segala penyakit hati, misalnya suudzon, iri, dengki, hasad, dan lain-lain. Apabila di dalam hati kita masih terkandung penyakit hati maka hal inilah yang akan menghambat diri kita untuk mencapai ketotalitasan dalam berorganisasi. Oleh karena itu, cara yang tepat untuk mencegah timbulnya penyakit hati ini adalah perbanyak berdzikir dan sering-seringlah beristighfar. Karena dzikir dan istighfar akan senantiasa mengingatkan kita kepada Allahta’ala, apabila kita telah ingat, otomatis kita ingat akan niatan kita ke organisasi, sehingga Insya Allahkita terjauhkan dari penyakit hati.

c.       Setia
Setelah memahami kedua poin di atas, maka poin selanjutnya adalah setia.  Artinya kita harus rela berkorban untuk organisasi kita. Biasanya kesetiaan kepada organisasi itu akan berkurang apabila kita telah dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya tugas, kita akan lebih mementingkan diri dengan tugas yang tidak begitu penting ketimbang mengurus kegiatan organisasi yang padahal hal yang berpengaruh vital kepada keberlangsungan organisasi. Untuk itu hal yang harus kita lakukan agar selalu setia kepada organisasi adalah dengan menetapkan proiritas kegiatan kita sehari-hari. Apakah kegiatan pribadi kita lebih penting dari kegiatan organisasi, atau sebaliknya. Akan tetapi, jangan membuat prioritas kegiatan dengan mengutamakan nafsu pribadi kita. Jangan seenaknya saja dalam membuat prioritas kegiatan. Kita harus ingat akan niatan kita kepada Allah ta’ala. Maukah kita dikategorikan oleh Allah subhanahu wata’alah sebagai orang munafik? Tentunya tidak bukan?

Berikut ini beberapa tips agar menjaga kesetiaan/keistiqomahan dalam berorganisasi :
1.      Jangan memendam masalah, sharingkan ke teman-teman,
2.      Bicara dengan mentor mengenai masalah-masalah tersebut untuk menemukan solusi apa kira-kira yang tepat,
3.      Perbanyaklah berdzikir dan beristighfar,
4.      Milikilah amalan khusus, contohnya pada zaman Rasulullah Salallahu alaihi wasallam, terdapat beberapa sahabat yang memiliki amalan khusus, misalnya ada sahabat yang senantiasa menjagawudlu’nya, sehingga saat batal, ia akan berwudlu’ kembali.
Intinya kita harus bersikap tawazun (seimbang) di bidang akademik dan dakwah.

d.      Taat
Poin terakhir yang harus kita pahami sekaligus terapkan untuk mencapai ketotalitasan diri dalam berorganisasi adalah taat. Artinya kita harus taat kepada pemimpin sebagai atasan kita. Walaupun usianya setara dengan kita ataupun di bawah kita, kita tetap harus menaatinya. Karena hal tersebut sudah tertera jelas dalam Al-Qur’an surah An-Nisaa’ ayat 59 :

59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Sudah jelas bahwa selain kita harus taat kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya, kita juga harus taat kepada ulil amri (pemimpin/Qiyadah) kita. Dengan ini ketaatan ini maka tujuan yang hendak kita capaiInsya Allah akan mudah terwujud. Karena kekompakan dalam berorganisasi membuat ukhuwah semakin erat dan segala program organisasi akan berjalan lancar.

“Pemimpin/Qiyadah yang baik adalah Jundi yang baik. Namun, Jundi yang baik belum tentu bisa menadi pemimpin/Qiyadah yang baik”

Wallahu’alam bishshawab

SEMOGA BERMANFAAT...
FOSEI UNSOED

Akun Official KSEI FOSEI Universitas Jenderal Soedirman